Judul Novel : NODA SANG PERAWAN
Pengarang : Fredi S.
Cetakan Pertama : Tahun 1966
Penerbit : Sinar Matahari, Jakarta
Sinopsis
Novel
tersebut menceritakan tentang seorang anak tunggal bernama Yudis dari keluarga
kaya. Namun, ia merasakan kesepian karena tidak ada teman dirumah. Yang orang
tuanya selalu sibuk bekerja. Saat dia baru lulus SD memaksa orang tuanya untuk
mengambil Tari, anak sopir papanya yang baru ditinggal bapaknya saat umur lima
tahun. Tapi ibunya Tari keberatan jika anaknya dibawa dan di besarkan di
keluarga tersebut. Namun melihat cara mereka meminta yang begitu sangat
memohon, akhirnya ibu Tari merelakan anaknya untuk dibawa dan tinggal bersama
mereka. Sejak saat itu Yudis tidak merasa kesepian lagi. Saat Yudis kelas tiga
SMU Opa Yudis meninggal. Yang memaksa Yudis untuk tinggal dan kuliah di Medan,
untuk menemani Omanya yang tinggal sendirian. Saat libur semester, Yudi
memutuskan untuk pulang ke jakarta untuk menemui orang tuanya, dan adik
perempuannya yang sangat dia sayangi. Saat sampai dirumah Yudis bertemu dengan
Tari, adiknya yang sangat dia rindukan. Namun dia tidak langsung memeluk
seperti dulu saat mereka lama tak bertemu. Tari banyak berubah, Rambut
panjangnya di potong pendek dan rapi serta modis. Dia tak nampak seperti ABG
lagi.
Namun
ibu Tari telah menikah lagi dengan lelaki yang bernama Parto. Parto belum lama
ditinggal istrinya meniggal dan belum dikaruniai anak. Tetapi Parto bukanlah
suami yang baik, meski ia bisa dikatakan baik bagi anak – anak lena. Bahkan
seharusnya ia merawat istrinya yang sedang sakit, namun ia malah menghabiskan waktu
dan uangnya di lokalisasi. Kemudian Tari diminta ibunya untuk tinggal beberapa
hari untuk merawat ibunya yang sedang sakit. Pada suatu ketika saat Tari
tertidur lelap dirumah ibunya. Ayah tiri Tari pulang tapi tidak membangunkan
orang yang ada dirumah tersebut, dan dia melihat tubuh mulus Tari yang tertidur
pulas dikamar. Nafsunya yang membara membuat Parto tega memperkosa anak tirinya
tersebut. Parto mengancam Tari untuk tidak bilang siapapun. Karena jika dia di
penjara maka ibu dan adik – adiknya akan terlantar. Karena Parto adalah tulang
punggung keluarga. Tanpa rasa bersalah Parto meninggalkan rumah, seolah – olah
tidak terjadi apa – apa saat itu.
Namun
suara tangis Tari membangunkan ibunya yang sedang sakit, awalnya ia tidak ingin
menceritakan apa yang terjadi saat itu, tapi dia tidak sanggup memendam itu
sendirian. Saat mendengar cerita Tari bahwa dia telah diperkosa, ibu Tari yang
tadinya mendingan kini kembali tergulai lemas dan sakitnya makin parah. Namun
Tari tidak mengatakan siapa pelakunya. Saat Yudis hendak menjembut Tari untuk
mengantarkan ia sekolah alangkah terkejutnya mendengar barita tersebut. Tak ada
yang tahu siapa pelakunya karena Tari tidak mau bicara. Dia tidak mau ketemu
siapa – siapa, dan tidak mau juga ketemu Reza pacarnya, padahal dia telah
berjanji akan tetap mencintai Tari dan menerima bagaimanapun keadaanya. Reza
juga mau menikahinya jika memang itu diperlukan. Dan lebih tragis lagi, Tari
hamil! Semua panik. Dan semua tambah panik lagi ketika Yudis mengusulkan untuk
menikahi Tari. Dan mendengar itu, Vierra yang kekasihnya Yudis menuduh Yudislah
pelaku perkosaan itu.
Namun
Tari mengalami keguguran, mereka membawa Tari kerumah sakit. Saat itu Tari baru
mengatakan Parto lah pelakunya. Yudis sangat marah, dengan sangat emosi Yudis
mencari Parto dirumahnya. Namun sampai dirumah Parto, Yudis melihat banyak
orang yang berpakaian hitam berada dirumah parto. Rupanya Parto telah meninggal
sacara tragis. Karena mengalami kecalakaan lalulintas. Akhirnya beban meraka
telah berkurang karena pelakunya telah dibalas oleh Tuhan. Namun rasa sakit
hati yang dirasakan mereka tidak akan pernah hilang. Dan akhirnya Tari mampu
bangkit dan mempunyai semangat hidup kembali.